Selamat Datang

yuk kita berbagi cerita tentang keluarga, apa saja yang penting untuk kebaikan dan ketahanan keluarga

Minggu, 19 Februari 2012

Membangun Keluarga Muslim Teladan




Seorang muslim baik pria maupun wanita merupakan batu bata pertama yang menjadi pijakan bagi konstruksi Daulah Islamiyah, sebagaimana telah dijelaskan oleh seorang ulama’ bahwasanya tahapan-tahapan rekonstruksi umat itu berangsur-angsur diawali dari individu muslim, keluarga muslim, masyarakat muslim, pemerintahan islami, lalu Daulah Islamiyah dan kepemimpinan dunia.
 
Bila pembentukan pribadi muslim ini selamat dan kuat maka tahapan-tahapan berikutnya itu juga akan selamat dan kuat, maka wajib bagi seorang muslim membangun sebuah keluarga muslim teladan yang menerapkan miniatur pemerintahan islam terkecil dalam keluarga, dengan menerapkan islam dalam semua aspek kehidupan baik yang besar maupun yang kecil.
 
Bagi seorang muslim yang telah memiliki kesiapan-kesiapan untuk menikah maka seharusnya dia pandai-pandai memilih calon pendamping hidupnya dan komitmen dengan arahan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasalam mengenai hal ini sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits beliau:
 
“Seorang wanita dinikahi karena empat hal; karena hartanya, kecantikannya, keningratannya dan keagamaannya, maka nikahilah wanita yang memiliki agama, engkau akan celaka bila memilih yang lainnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
 
Begitu juga bagi keluarga calon pengantin wanita hendaknya mereka komitmen dengan arahan Rasulullah Shalallhu ‘Alaihi Wa Sallam sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits:
 
“Bila datang kepadamu seseorang yang kamu ridhai agama dan akhlaknya (hendak melamar putrimu) maka nikahkanlah (putrimu) dengannya, jika engkau tidak melakukannya, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar.”(HR.Tirmidzi)
 
Sebagian pemuda dan pemudi telah salah mengira bahwa kebahagiaan suami istri tidak akan terwujud kecuali dengan tempat tinggal yang mewah, perkakas rumah tangga yang lux, berbagai busana, sarana, mobil pribadi dan kesenangan serta kenikmatan dunia yang lain. Ini adalah pemahaman yang salah, semua ini bukanlah sumber kebahagiaan, tetapi kebahagiaan itu muncul dari dalam jiwa disebabkan adanya taqwa kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala.
 
“Aku tidak melihat kebahagiaan pada penumpukan harta, tetapi orang yang bertaqwa inilah yang bahagia”
 
 Bila taqwa ini telah merekah pada diri masing-masing suami istri, maka keduanya akan saling percaya, saling cinta, saling mengasihi, saling memberikan kebahagiaan dan kedamaian karena masing-masing mengetahui bahwa yang lain juga marasa takut kepada Allah subhaanahu wa ta’ala dan merasa diawasi oleh-Nya sehingga setan tidak bisa menghembuskan kecurigaan, keraguan maupun prasangka buruk. Di antara keduanya akan terwujud apa yang difirmankan oleh Allah Subhaanahu wa ta’ala:
 
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (Ar-Rum: 21)
 
Seorang suami harus menyadari tanggung-jawabnya di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam memperhatikan keluarganya baik secara fisik, spiritual dan intelektual disertai penekanan pada aspek spiritual yang menjadi titik tolak kehidupan masa depannya sebagai aplikasi dari firman Allah:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)
 
Dan hadits Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Salam:
 
“Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai tanggung jawab atas kepemimpinannya”. (Bukhari dan Muslim)
 
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Salam juga telah berpesan kepada kaum laki-laki untuk berbuat baik kepada kaum wanita:
 
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah orang yang paling baik kepada keluargaku”. (HR.At-Tirmidzi)
 
Pernikahan ibarat sebuah perseroan, direkturnya adalah suami, sedang istri memiliki peran yang sangat besar bagi stabilitas perjalanan kehidupan dalam internal keluarga, maka suami tidak boleh meremehkan peran istrinya, bahkan sudah seharusnya bila ia juga membantu istrinya melakukan sebagian dari tugas-tugasnya karena yang demikian ini akan menyatukan hati mereka.
 
Suami istri juga harus bekerja sama dalam mencetak putra-putra mereka secara islami dan benar. Seorang yang menjadi kepala keluarga harus bisa menciptakan suasana bahagia bagi keluarga dan melakukan berbagai variasi hiburan dan refresing yang jauh dari dosa. Begitu juga bagi seorang istri yang teladan, ia harus selalu memotivasi suaminya untuk menunaikan kewajiban-kewajibannya terhadap agama seperti perjuangan, pengorbanan, dan jihad demi agama ini.
 
Seorang suami harus memiliki hati nurani yang peka dan selalu waspada terhadap apa yang diingatkan oleh Allah Subhaanahu Wa Ta’ala:
 
“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (At-Taghabun: 14-15)
 
Peran seorang istri dan ibu muslimah dalam medan da’wah tidak kalah penting dan urgennya di banding peran seorang lelaki. Karena ia adalah pendidik generasi dan pencetak kader-kader pemimpin,maka sudah seharusnya bila ia memperhatikan dengan baik dan menjauhkan mereka dari teman-teman yang jahat, serta mengajarkan do’a-do’a Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Salam dalam aktifitas keseharian seperti ketika hendak tidur, ketika hendak makan dan setelah makan, ketika hendak masuk ke dalam kamar kecil dan ketika keluar, ketika memakai pakaian dan melepasnya dan yang lainnya. Seorang anak apabila pendidikan terhadapnya itu bagus sekali maka ia akan betul-betul menjadi nikmat dan penyejuk mata, yang akan mendo’akan orang tuanya setelah meninggal serta merawatnya bila mereka sudah tua, tetapi apabila pendidikan terhadapnya disia-siakan maka akan berubah menjadi bencana dan sumber kesengsaraan bagi orang tuanya.
 
Suami istri hendaknya berusaha agar rumah tangganya menjadi rumah tangga teladan dalam hal kebersihan, kedisiplinan, kesederhanaan, dan kebebasannya dari segala apa yang diharamkan oleh Allah seperti patung-patung, musik dan nyanyian dan yang lainnya. Hendaknya mereka berdua menjadikan keluarga mereka sebagai pelita yang menerangi jalan bagi yang lainnya dan teladan bagi keluarga muslim yang lain, memperlihatkan kepada mereka bagaimana keluarga muslim harus komitmen dengan tuntunan-tuntunan islam terutama yang berkenaan dengan busana islami bagi wanita muslimah, dan menjauhi berbagai tabarruj yang dilakukan oleh sebagian kaum wanita yang jelas-jelas bertentangan dengan ajaran islam.
 
Masing-masing suami istri hendaknya memiliki peran di tengah masyarakat untuk mempersiapkan agar menjadi masyarakat yang islami, konsisten dengan islam dan meyakini bahwa islam adalah solusi dan mendesaknya upaya penerapan syari’ah Allah dan penegakan hukum islam.
 
Begitulah, kita mendapati bahwa seorang pejuang aqidah di jalan da’wah yang memberikan sumbangsih peran dalam rangka mewujudkan tahapan individu muslim dengan membenahi dirinya, pembentukan rumah tangga muslim dan mempersiapkan masyarakat muslim yang mana semua ini sebagai prolog bagi tegaknya pemerintahan islam yang berpijak pada pondasi yang kokoh ini sehingga terus bisa eksis dan melanjutkan perjuangan untuk menegakkan Daulah Islamiyah.
 
Sebagai penutup, saya menyeru setiap muslim agar mempersiapkan diri untuk menjadi pejuang aqidah di jalan da’wah dan teladan bagi yang lainnya dalam tekad, keteguhan, jihad dan pengorbanannya. Hendaknya ia mengetahui bahwa kemenangan itu mengiringi kesabaran dan setelah kesulitan itu ada kemudahan, pada saat itulah orang-orang beriman akan bergembira dengan pertolongan dari Allah.
 

Oleh : Abu Idris Al-Awwab

Jumat, 17 Februari 2012

Sekilas tentang keluarga

Para peselancar yang budiman,..
Keluarga ibarat sebuah pondasi dalam rumah, kuat atau lemahnya pondasi sebuah rumah akan berpengaruh besar terhadap ketahanan bagian rumah yang lain. Sudah selayaknyalah pondasi ini kita siapkan sebagai penjaga mutu dari bagian yang lain. 
Semua berasal dari keluarga dan diproses dengan pengaruh keluarga (baik secara langsung maupun tidak langsung) dan akan kembali kepada keluarga kelak. Anak kita akan mengetahui awal kehidupan ini dari keluarga dengan cara  mengajarkan kebaikan dan keteladanan, selanjutnya anak kita akan kita dorong untuk menemukan dunia baru (dunia sekolah/ lingkungan sekitar) yang perlu pengawasan dan pengaruh dari kita juga agar dapat menyeimbangkan ketidaksesuaian pandangan dan pola pokir antara keluarga dan lingkungannya. Dan jauh setelah anak-anak kita tumbuh dan mandiri merekapun akan mengulang kembali cerita keluarga ini dengan apa yang telah mereka dapatkan dari keluarganya, ditambah dari proses yang telah mereka lalui dan alami. 
Jadi keluarga merupakan siklus yang harmonis yang telah Allah SWT ciptakan sebagai media berkembangbiak manusia sebagai makhluk-Nya. Allah SWT telah menciptakan manusia berpasang-pasangan (laki-laki dan perempuan) untuk saling mengasihi. Nah, dari sinilah dimulainya sebuah keluarga.